bu- ku sa- ku ku



Kembali menemukan sebuah catatan yang sudah lama tertulis di notebook saku saya..notebook berwarna hitam yang sering saya bawa dalam tas sekitar 4 tahun yang lalu..saya ingat betul, kalo lagi duduk-duduk refresh, suka mengeluarkan buku kecil ini dan menulisinya..
Jujur, kalo melihat isi di dalam buku ini, saya suka tersenyum sendiri, menertawakan diri dengan segala lelucon, keseriusan, mimpi-mimpi, dan gerutuan-gerutuan yang sempat ditumpahkan pada kertas putih ini..*eiiits, lagi-lagi ini ga melulu tentang cerita anak muda dengan diarynya ya.
Sebagai yang punya buku, saya baru menyadari setelah menyelami tulisan-tulisan di dalam buku ini, ternyata banyak catatan kuliahnya, tepatnya wejangan dosen saat kuliah, juga banyak materi-materi ketika ikut kegiatan,
Dan pentingnya, saya ga ingat tujuan awal saya membeli buku saku ini, sebenarnya ada beberapa buku saku yang saya punyai, dan kesemuanya juga ga spesifik, dibilang suka menulis, ga juga, tapi saya senang menulisi kata2 yang sarat akan makna dan pembelajaran diri.. saya menghargai sekali kata2 bijaksana yang santun yang dilontarkan kepada saya, makanya, ketika ada seseorang siapapun beliau, ketika beliau mengutarakan sebuah nasehat, motivasi, tausyiah, atau apapun yang diutarakan secara santun, saya sering mentransfernya dalam bentuk tulisan, baik yang dikutip secara langsung maupun yang rewrite dengan diksi sendiri…
Saya ingin menulisi kata-kata itu kembali,, hingga menjadi sebuah untaian kalimat panjang yang nantinya kita sebut paragraph..haiih, kalimat akhirny g enak banget.




Ada beberapa hal yang ingin saya share disini.. dalam catatan ini saya pernah menuliskan tentang topic biokonservasi.. ini sesuai dengan disiplin ilmu saya yang mempelajari tentang makhluk hidup.. zoo dan botany.. saya masih ingat kala itu membahas mengenai isu – isu global, yaitu Global Warming, Pencemaran, Sampah, Illegal Logging, Ecological footprint (EF). Mungkin poin terakhir inilah yang jarang kita mendengarnya, atau baru mendengarnya. Sejatinya EF ini membahas mengenai pola atau gaya hidup kita yang tanpa kita sadari sangat jauh dari ramah lingkungan, bahkan 1 individu bisa menjadi beban lingkungan yang sangat berat. *bahasan mengenai ini mungkin ada topic tersendirinya, mengingat aksi Go Green yang sedang maraknya, yang harusnya menjadi kesadaran masing-masing pribadi untuk terlibat secara sadar, bukan karena ikut-ikutan trend, bukan karena program pemerintah, bukan karena agenda-agenda tersembunyi lainnya, tapi murni dari nurani untuk menjaga alam ini demi kelangsungan hidup diri dan anak cucu mendatang, karena sejatinya alam ini bukanlah warisan untuk kita tetapi titipan untuk anak cucu selanjutnya, jika masing2 individu sadar akan tanggungjawab diriny menjaga alam ini, itu sama artinya menyadarkan semua umat manusia. Tentu sang Pencipta yang menciptakan semua jagat raya ini akan memberikan kehidupan manusia yang sentosa bersama alam. Alam dan Manusia.. Jangan Sampai saling menghancurkan.


Itu sekelumit jabaran salah satu dari isi catatan saya. Bukan sok pamer, Bukan bermaksud apa-apa, hanya saja ketika saya menuliskan saya selalu berharap, tulisan saya ada manfaatnya dan bisa dibaca oleh orang lain tentuny memberi hikmah dan makna, tidak melulu untuk dipuji dan disanjung dengan basa basi.. cukup mengangguk saja jika ada manfaatny, juga sangat boleh dibantah jika keliru.. ^^V



Sebenarnya, note ini *dibawahinilah yang ingin saya tuliskan, note yang saya benar-benar lupa sumbernya, apakah ini dari buku, HLQ, atau artikel islam, atau rewrite dari saya seperti sebuah resensi, saya benar2 lupa..yang saya ingat ya benar, saya ada menuliskan sesuatu ke dalam buku itu.
Untungnya judul dan penulisny ada saya tuliskan
Mengukur aib bersama
By : Muhm. Nuh


Kebersamaan kadang tidak selamanya seperti rumput, selalu setara, sewarna, dan segerak. Ada saja kekurangan diantara sesama mukmin. Karena umumnya manusia memang tidak bisa luput dari aib. Tidak ada gading yang tak retak. Itulah ungkapan sederhana yang memuat makna begitu dalam. Sebuah pengakuan bahwa setiap manusia punya kelemahan dan kekurangan. Siapapun kita selalu ada cacat. Ada cacat berupa ketidaksempurnaan fisik, rupa, penampilan, dsb. Ada juga cacat berupa kelalaian ketika bertarung antara nafsu dan akal yang berakhir negative. Nafsulah yang akhirnya membuat keputusan. Saat itulah seorang anak manusia melakukan kesalahan. Seperti itu pulakah yang terjadi dengan seorang mukmin?
Kadang orang lupa kalau seorang mukminpun tetap saja sebagai manusia, bukan malaikat yang selalu bersih tanpa noda. Sinar iman yang ada dalam hatilah yang akhirnya menentukan. Apakah nafsu yang lagi-lagi berbicara, atau iman yang ambil keputusan. Pertarungan itu begitu sengit kekuatan didalam diri saja belum cukup karena masing-masing pihak meminta bantuan pihak luar diri. Iman dalam hati dibantu oleh nasehat dan doa dari saudara seiman. Dan nafsu dibantu dengan rayuan setan. Kalau nafsu rayuan setan yang jadi pemenang, seorang mukmin tergelincir dalam sebuah kesalahan kecil atau besar.
Dari situlah kita mengerti kalau seorang mukmin pun bisa melakukan kesalahan. Tapi sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang menyesal dan memohon ampun dan meminta maaf. Lalu patutkah kelalaian dan ketergelinciran itu menjadi bahan gunjingan. Patutkah keburukan yang kita sebut aib itu disebarkan? Sebagian orang mukmin enyebutnya sebagai resiko “ siapa yang berbuat harus menanggung akibat” ucapan itu boleh jadi keluar merespon keburukan yang terjadi pada saudara mukmin termasuk mendapat gunjingan isu yang tidak mengenakkan.
Namun patutkah kalau gunjingan dan menyebarkan aib disebut sebagai hukuman yang setimpal. Adilkah mengumumkan aib seseorang sebagai sebuah hukuman. Persoalan ini akan meluas ketika berhubungan dengan hukum dan keadilan.
*belum slesai tulisannya.. sorry limited reached.. voucher internetan habis.. nanti disambung

Tag : catatan
0 Komentar untuk "bu- ku sa- ku ku"

Back To Top