AKU, POHONKU, DAN HARAPANKU

 Saya mempunyai sebatang pohon untuk sepuluh tahun kedepan. Awalnya bibit  pohon tersebut telah ditumbuhkan di Arboretum Andaleh Biologi Unand di tepi jalan raya dengan nomor tagging B020. Namun kali ini secara imajinernya saya diberi kekuasaan untuk melakukan apa saja terhadap pohon saya tersebut untuk sepuluh tahun kedepan. Baiklah Sebelum saya membahas lebih dalam mengenai perlakuan konservasi apa yang akan saya perbuat terhadap pohon tersebut, ada baiknya saya perlihatkan terlebih dahulu gambar “bayi” pohon saya tersebut.


Inilah tampak real calon pohon yang akan saya miliki. Dan saya yakin beberapa tahun kedepan tumbuhan ini akan menjadi pohon yang kokoh, berkayu, daunnya lebat dan sangat sejuk berteduh dibawahnya. Setelah meninjau langsung ke lapangan, ternyata pohon saya ini tergolong ke dalam famili Dipterocarpaceae.
Sedikit gambaran, secara umum Dipterocarpaceae merupakan kelompok kayu perdagangan utama (meranti dan balau/Shorea, mersawa/Anisoptera, keruing/Dipterocarpus dan kapur/Dryobalanops). batang berbanir dan kulit luar bisaanya bersisik atau beralur dan seringkali mengelupas. Daun tunggal dengan kedudukan berselang-seling (alternate), bertepi rata atau beringgit, bertulang sirip, seringkali berdaging, daun penumpu (Stipula) besar  atau kecil dan seringkali mudah rontok.
Itu sedikit deskripsi mengenai Dipterocarpaceae. Lalu perencanaan apa yang akan saya rancang untuk pohon saya tersebut? Apakah saya mampu menyeimbangkan semua aspek penilaian demi menjaga etika konservasi?. Begini, saya ada beberapa harapan kedepan terhadap pohon kesayangan saya ini. Saya tahu bahwa Dipterocarpaceae merupakan pohon berkayu yang sangat ekonomis pada saat sekarang. Rencananya, dari sebatang pohon itu, saya akan membibitkannya. Setelah banyak bibit yang saya peroleh, saya tentu mulai memikirkan apa langkah maju yang harus saya tempuh agar bisa mempotensialkan semua bibit-bibit saya.
Saya ingin menjadi pejuang konservasi. Saya akan berencana menanam semua bibit saya di lahan atau hutan yang sudah kritis atau tidak produktif lagi demi menjaga keseimbangan ekosistem. Mungkin juga saya akan bekerjasama dengan bagian kehutanan di suatu wilayah misalnya di hutan-hutan di Sumatera Barat ini. Kami akan mengadakan promosi tumbuhan Dipterocarpaceae dan sekaligus melakukan penanaman massal Dipterocarpaceae pada suatu lahan – lahan renggang di hutan yang telah minim plasma nutfahnya. Dan lahan ini akan kami jadikan sebagai lahan konservasi, yang tidak hanya didominasi oleh Dipterocarpaceae namun juga diimbangi dengan tumbuhan hutan lainnya yang masih ada. Dan kami akan menetapkan kawasan tersebut sebagai miniature hutan tropis Indonesia. Miniatur hutan tropis Indonesia ini akan saya jadikan sebagai plot, baik untuk penelitian civitas akademika, lembaga penelitian, maupun perorangan yang peduli terhadap jenis tanaman Dipterocarpaceae yang semakin terdegradasi di hutan tropis Indonesia.
Mengingat tumbuhan ini sebagai tumbuhan ekonomi, tentu saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Pohon meranti adalah salah satu pohon aset untuk kayu-kayu bangunan, furniture, dan kayu pertukangan lainnya. Pohon-pohon meranti akan saya fungsikan sebagai kayu ekspor. Jadi setidaknya saya akan melakukan penanaman dan sekaligus penebangan yang tentunya diimbangi dengan regenerasinya. Dan saya akan bekerjasama dengan pabrik-pabrik funiture, saya sebagai pemasok bahan baku, dan pabrik ini sebagai tempat olahan kayu meranti. Saya akan ekspor ke luar negeri, dan berapa keuntungan yang saya terima, sebagiannya akan saya pergunakan lagi untuk menambah lahan bibitan meranti saya. Saya tidak hanya menanam semua bibit tetapi juga menjual sebagian bibit – bibit itu untuk orang-orang yang akan melakukan penanaman pada lahannya.
Kita tahu bahwa tumbuhan meranti merupakan tumbuhan yang dapat menghasilkan damar. Damar dapat dijual dan dapat menambah penghasilan. Akhir-akhir ini budidaya meranti untuk menghasilkan damar sangat kurang. Maka dengan adanya lahan meranti yang saya kembangkan, mudah-mudahan dapat menambah jumlah produksi damar.
Sepertinya semua ide sudah saya tuangkan dalam tulisan saya ini. Mungkin kembali ke pohon asli saya. Pohon yang sejak dari awal belum saya perlakukan apa-apa. Kalau boleh dibilang, pohon asli ini adalah pohon moyangnya dari bibit-bibit yang saya ceritakan sebelumnya. Mungkin pohon asli ini tidak akan saya apa-apakan. Karena saya sangat menghargai pohon itu. Karena dari pohon inilah lahir banyak bibit. Mungkin dibawah pohon itu akan saya bangun tempat untuk duduk-duduk. Karena kesejukan berada di bawah pohonnya. Oh...tiba-tiba ide saya kembali muncul. Alhamdulillah pohon saya itu berada dekat dengan lahan yang sangat banyak ditumbuhi oleh “karamuntiang” , jadi saya berinisiatif untuk membuat taman di areal dekat pohon saya. Sekaligus disana juga akan dibuat kebun karamuntiang. Soalnya saya pernah melihat waktu itu ada sekeluarga yang memberhentikan mobilnya didepan Arboretum Andalas yang ada di tepi jalan jurusan biologi yang banyak ditumbuhi oleh “karamuntiang”. Lalu apa yang mereka lakukan di sana? Ternyata mereka mengeluarkan keranjang buah yang sudah mereka persiapkan sebelumnya, dan memetik semua buah “karamuntiang” yang sudah matang. Wow..saya jadi berpikir, ternyata Arboretum yang oleh civitas akademika biologi dijadikan sebagai kawasan penelitian dan pembudidayaan Moraceae dan Dipterocarpaceae, rupanya bisa juga dijadikan sebagai kebun rekreasi memetik buah “karamuntiang”.
Lalu saya berpikir, kenapa tidak saya manfaatkan pohon saya untuk tempat istirahat yang nyaman, sejuk, fresh, banyak O2 nya, dan pastinya full AC (Angin Cepoicepoi). Saya tidak akan merubah bentuk pohon, atau merusak maupun menebang bagian dahannya. Tapi rencananya saya akan membentuk kanopi dari pohon ke pohon sebagai pelindung.
Sebenarnya apapun ide yang dicanangkan, selagi tidak merusak tumbuhan itu sendiri, saya rasa sah-sah saja memperlakukan tumbuhan tersebut sesuai dengan keinginan. Namun kali ini ide saya benar-benar sudah habis dan terkuras. Mungkin saya mengharapkan bagi siapa saja yang membaca tulisan dan harapan saya ini, bisa memberikan kritik dan saran yang konstruktif terhadap perencanaan yang akan saya lakukan.
            Saya ingin dalam perencanaan saya ini tetap memperhatikan nilai-nilai konservasi namun tidak menutup kemungkinan juga saya mengambil manfaat (*didominasi secara ekonomi) dari perencanaan yang saya lakukan. Pembibitan akan terus dilakukan, dan pemanfaatan secara ekonomipun tetap berlanjut. Slogan dari saya.............


“ PERLAKUKAN POHON KITA LAYAKNYA KITA MEMPERLAKUKAN SESUATU YANG KITA SAYANGI”


                                                                                                            Salam Konservasi.


                                                                                                         * Nenny Darmayanti
                                                                                                              


*Penulis adalah Mahasiswi Jurusan Biologi Angkatan 07, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas.




0 Komentar untuk "AKU, POHONKU, DAN HARAPANKU"

Back To Top